Pada tanggal 27 Juli 2024, telah dilaksanakan kegiatan translokasi dan pelepasliaran satwa yang dilakukan oleh Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, dan mitra kerja Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI).
Sebanyak empat individu kukang sumatera (Nycticebus coucang), empat individu beruk (Macaca nemestrina), dan dua puluh individu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung.
Satwa-satwa ini adalah hasil serahan masyarakat, korban konflik, dan juga korban perdagangan ilegal yang diselamatkan oleh Pihak Kepolisian (Polda Metro Jaya). Satwa-satwa ini telah menjalani proses rehabilitasi, sebelum dinyatakan layak dilepasliarkan ke alam.
Kegiatan translokasi kali ini sangat berkesan bagi saya, karena medan yang saya dan rekan-rekan YIARI hadapi sangat menantang. Kami harus berjalan membawa satwa di kawasan berbukit, menempuh jalan menanjak yang curam, melewati pinggir jurang, hingga menerobos sungai.
Saya sudah beberapa kali ikut kegiatan translokasi, namun saya rasa ini yang paling sulit. Saking sulitnya medan yang dilalui, alhasil ini adalah pertama kali saya tidak sanggup melanjutkan perjalanan membawa satwa ke tempat tujuan dan harus bergantian membawa satwa dengan rekan dari YIARI.
Lumayan malu sih.. tapi dari pengalaman ini, saya justru semakin merasa salut kepada para polhut, jagawana, dan rekan-rekan YIARI. Kita dapat melihat kerja keras dan pengorbanan yang mereka lakukan demi memastikan satwa liar tetap lestari di alam.
Nah.. team YIARI ‘kan sudah menyelamatkan, merehabilitasi, dan melepasliarkan satwa.. kalau teman-teman tertarik juga tidak nih untuk ikut serta melestarikan satwa?
Key words: Rheza Maulana, Wildlife Conservationist, YIARI